Perubahan
tidak akan datang jika kita menunggu orang lain atau lain waktu. Diri kitalah
yang ditunggu-tunggu. Diri kitalah perubahan yang kita cari –Barack hussein
Obama
Orang yang sukses mempunyai semangat seganas gelombang lautan dan tekad sekeras baja. Sebelum sukses tidak akan mundur! –Andrie Wongso
Besarnya
sukses Anda ditentukan oleh seberapa kuat keinginan Anda; ditentukan oleh
seberapa besar mimpi Anda; dan ditentukan oleh kecakapan Anda dalam mengatasi
kekecewaan yang Anda alami –Robert T. Kiyosaki.
Kehidupan bagaikan roda yang terus berputar, ada
kalanya kita berada dibawah dan ada kalanya juga kita berada diatas. Dalam
menjalani kehidupan ini, untuk mencapai sebuah kebahagiaan dan kesuksesan yang
merupakan sebuah satu kesatuan diperlukan adanya Doa, Usaha, Ikhtiar dan
Tawakal. Seseorang pasti pernah atau sedang merasakan penderitaan dalam
hidupnya, tetapi kita sebagai manusia harus menemukan jalan keluar yang bisa
merubah penderitaan itu menjadi sebuah kebahagiaan yang dimulai dari diri kita
sendiri dengan niat dan usaha yang sungguh-sungguh, contohnya seperti kisah Tri
Sumono dibawah ini :
Pada saat itu, Tri tidak memiliki keahlian apa-apa. Untuk
bertahan hidup, Tri tidak memilih milih pekerjaan, ia menjadi kuli bangunan di
daerah Ciledug, Jakarta Selatan, namun tidak lama setelah menjadi kuli bangunan
Tri mendapatkan tawaran menjadi tukang sapu di Kompas Gramedia Palmerah,
Jakarta Barat. Tri berpikir bahwa tukang sapu jauh lebih mudah dibandingkan
menjadi kuli bangunan. Setelah menjadi tukang sapu, Tri naik pangkat
menjadi office boy karena kinerjanya yang memuaskan. Lambat laun karirnya
terus menerus meningkat menjadi tenaga pemasar dan penanggung jawab gudang.
Pada tahun 1995 Tri mencoba mencari tambahan
pendapatan dengan berjualan aksesori di Stadion Gelora Bung Karno setiap hari
Sabtu dan Minggu. Tri menjalani hidup sebagai penjual kalung, gelang, jepit
rambut dan aksesori lainnya dengan hanya bermodalkan Rp.100.000. Pada saat itu
Tri sudah mempunyai keluarga dengan dua orang anak. Dua tahun berjualan, modal
dagangan Tri mulai terkumpul banyak, Tri berpikir berjualan lebih menjanjikan
ketimbang menjadi karyawan dengan gaji yang pas-pasan. Sehingga pada tahun
1997, Tri mundur dari pekerjaanya menjadi karyawan dan mulai fokus untuk berjualan.
Dari keuntungan berjualan selama dua tahun terakhir,
Tri berhasil membeli kios didaerah Mal Graha Cijantung. Bisnis aksesorinya pun
pindah ke kios tersebut. Setelah pindah ke Cijantung bisnis aksesori yang
digelutinya pun meningkat tajam.
Pada tahun 1999 seseorang datang untuk menawar kios
berikut usaha aksesorinya dengan harga yang tinggi. Tri kemudian melepas kios
tersebut. Dari tabungan selama ia berdagang ditambah hasil penjualan kios, Tri membeli
rumah di Pondok Ungu, Bekasi Utara. Berawal dari pengalamannya selama
berdagang, Tri mulai merintis kembali untuk membuka usaha toko sembako dan membangun
10 rumah kontrakan dengan harga miring. Rumah kontrakan Tri lebih diutamakan
untuk para pedagang keliling, yang pada akhirnya para pedagang keliling itu
sendiri yang menjadi pelanggan tetap toko sembakonya.
Pada tahun 2006, Tri berpikir bahwa ia mempunyai
peluang untuk bisnis sari kelapa. Akhirnya Tri berusaha untuk mendalami proses
pembuatan sari kelapa. Dari informasi yang didapatkan Tri, sari kelapa
merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter
xylinum, akhirnya Tri membeli bakteri tersebut dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.
Tri mulai memproduksi sari kelapa dan mulai memasarkannya ke sejumlah perusahaan minuman. Sebagian perusahaan minuman mau menampung sari kelapa hasil produksinya tetapi lambat laun perusahaan minuman tersebut tidak mau lagi menerima karena kualitas sari kelapa milik Tri menurun.
Akhirnya Tri berhenti memproduksi dan mencoba untuk belajar kembali. Dengan bantuan seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Tri mencoba mendalami bagaimana memproduksi sari kelapa dengan kualitas yang lebih baik. Dengan keseriusan dan keuletan, Tri belajar dan berhasil melawati berbagai serangkaian uji coba produksi sari kelapa dengan hasil yang bagus, Tri pun mencoba memproduksi kembali sari kelapa buatannya. Ia memproduksi 10.000 nampan atau senilai Rp 70 juta. Hasilnya ternyata memuaskan dan banyak perusahaan minuman yang menerima sari kelapa produksi Tri. Dimulai dari sini usahanya terus berkembang dan maju.
Tri sumono kemudian banyak mengelola cabang usaha seperti produksi kopi jahe sachet merek Hootri, peternakan burung, pertanian padi dan jahe, jual beli properti , penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan, serta menjadi franchise produk Ice Cream Campina. Dari berbagai usahanya itu, ia bisa mendapatkan omzet hingga Rp 500 juta per bulan. Keuletan dan ketekunan menjadi modal utama Tri dalam berbisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar