“HAPPY NEW YEAR” atau “Selamat Tahun Baru” salah satu
kalimat yang sering diucapkan atau kita dengar saat perayaan tahun baru
masehi yang jatuh pada tanggal 31 Januari tepat pukul 00.00 WIB memasuki
tanggal 1 Januari .
Perayaan tahun baru masehi biasanya dilengkapi dengan kehadiran
suara terompet, percikan api dari kembang api dan suara petasan yang cahaya
cantiknya menghiasi langit. Hampir semua orang tentu suka cita dalam menyambut
pergantian tahun baru ini tanpa memikirkan berapa banyak biaya yang harus mereka
keluarkan untuk membeli terompet, kembang api bahkan petasan yang harganya
tentu tidak murah. Ada juga yang merayakan tahun baru masehi dengan mengadakan
acara bakar bakaran, atau sekedar berkumpul bersama keluarga atau kerabat. Tentu secara tidak sadar kita
telah melakukan prilaku foya-foya dan pemborosan.
Cobalah saja kita berpikir, kita sebagai umat muslim, ketika
datang tahun baru hijriah apakah kita merayakan pergantian tahun baru islam
semeriah itu? Sesenang itu? Sesuka cita itu? Tentu perbandingan yang sangat jauh
antara orang yang suka cita menyambut tahun baru masehi dengan orang yang suka
cita menyambut tahun baru hijriah.
Apakah kalian tahu asal muasal perayaan tahun baru masehi
itu apa? Tahun Masehi sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Kristen.
Masehi adalah nama lain dari Isa Al Masih. Menurut catatan Encarta Reference Library
Premium 2005, orang yang pertama membuat penanggalan kalender Masehi adalah
seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Dalam
mendesain kalender masehi ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang
ahli astronomi dari Iskkitariyah, yang menyarankan agar penanggalan kalender
itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan
orang-orang Mesir. Perayaan Tahun Baru masehi dimulai sejak tahun 45 SM.
Dalam perkembangannya, ada seorang pendeta Kristen bernama
Dionisius yang kemudian memanfaatkan penemuan kalender Julius Caesar untuk
diadobsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus
Kristus. Itulah sebabnya penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus
diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini yang berarti in the year of our
lord) alias Masehi.
Seiring muncul dan berkembangnya agama Kristen, akhirnya
perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai suatu perayaan “suci”
satu paket dengan hari Natal. Itulah mengapa ucapan Natal dan Tahun baru
dijadikan satu “Merry Christmas and Happy New Year”.
Di beberapa Negara negara besar perayaan tahun baru masehi
dilakukan dengan tradisi ritual keagamaan dan keyakinan yang berbeda beda,
tentunya bertentangan dengan agama islam. Diantaranya :
- Brazil
Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari,
orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih
bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka
di pasir pantai sebagai penghormatan terhadap sang dewa Lemanja yaitu Dewa laut
yang terkenal dalam legenda negara Brazil.
- Yunani
Buah delima yang menurut orang yunani
melambangkan kesuburan dan kesuksesan ditebarkan di pintu rumah, kantor dan
took took sebagai simbol doa untuk mendapatkan kemakmuran sepanjang tahun.
- Jerman
Menurut kepercayaan orang Jerman, jika
mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari,
mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.
- Italia
Disalah satu kotanya, tepatnya Naples, pada
pukul 00 tepat pada malam pergantian tahun, masyarakat disana akan membuang
barang barang yang sudah usang dan tidak terpakai di jalanan.
- Spanyol
Masyarakat spanyol tepat pada malam
pergantian tahun akan memakan anggur sebanyak 12 biji, jumlah yang hanya 12
melambangkan harapan selama 12 bulan kedepan.
- Jepang
Di jepang, masyarakat disana merayakan
tahun barunya dengan memakan 3 jenis makanan sebagai simbol yaitu telur ikan
melambangkan kemakmuran, ikan sarden asap melambangkan kesuburan tanah dan
manisan dari tumbuhan laut yang melambangkan perayaan.
- Korea
Pada malam pergantian tahun masyarakat
disana menikmati kaldu daging sapi yang dicampur dengan potongan telur dadar
dan kerupuk nasi atau yang biasa disebut thuck gook.
- Amerika
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan
teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum
lomba football Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl
di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika
Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal
31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi
dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul.
Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api
diledakkan dan orang-orang meneriakkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan
Auld Lang Syne.
Tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus
atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa
sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus
lahir disebut tahun Masehi.
Namun kenyataannya pada saat ini setiap tangal 1 januari
tahun baru masehi sudah lama menjadi tradisi seluruh masyarakat termasuk
masyarakat Indonesia bahkan menjadikannya sebagai hari libur nasional untuk seluruh
warga dunia.
Budaya meniup terompet sendiri menurut perspektif islam
adalah kebudayaan Yahudi sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Daud berikut ini
:
عَنْ أَبِى عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ
عُمُومَةٍ لَهُ مِنَ الأَنْصَارِ قَالَ اهْتَمَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-
لِلصَّلاَةِ كَيْفَ يَجْمَعُ النَّاسَ لَهَا
فَقِيلَ لَهُ انْصِبْ رَايَةً عِنْدَ
حُضُورِ الصَّلاَةِ فَإِذَا رَأَوْهَا آذَنَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا فَلَمْ يُعْجِبْهُ
ذَلِكَ
قَالَ فَذُكِرَ لَهُ الْقُنْعُ –
يَعْنِى الشَّبُّورَ – وَقَالَ زِيَادٌ شَبُّورَ الْيَهُودِ فَلَمْ يُعْجِبْهُ
ذَلِكَ وَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ الْيَهُودِ ».
قَالَ فَذُكِرَ لَهُ النَّاقُوسُ
فَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ النَّصَارَى ».
فَانْصَرَفَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ وَهُوَ مُهْتَمٌّ لِهَمِّ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- فَأُرِىَ الأَذَانَ فِى مَنَامِهِ – قَالَ – فَغَدَا عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنِّى لَبَيْنَ نَائِمٍ وَيَقْظَانَ إِذْ أَتَانِى آتٍ فَأَرَانِى الأَذَانَ.
قَالَ وَكَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ – رضى الله عنه – قَدْ رَآهُ قَبْلَ ذَلِكَ
فَكَتَمَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا – قَالَ – ثُمَّ أَخْبَرَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه
وسلم- فَقَالَ لَهُ « مَا مَنَعَكَ أَنْ تُخْبِرَنِى ». فَقَالَ سَبَقَنِى عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ فَاسْتَحْيَيْتُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « يَا بِلاَلُ قُمْ فَانْظُرْ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
زَيْدٍ فَافْعَلْهُ ». قَالَ فَأَذَّنَ بِلاَلٌ. قَالَ أَبُو بِشْرٍ فَأَخْبَرَنِى
أَبُو عُمَيْرٍ أَنَّ الأَنْصَارَ تَزْعُمُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ زَيْدٍ
لَوْلاَ أَنَّهُ كَانَ يَوْمَئِذٍ مَرِيضًا لَجَعَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- مُؤَذِّنًا.
Budaya meniup terompet bermula saat perang Salib. Ketika itu
telah terjadi peperangan besar, para Kristiani dari berbagai daerah kerajaan
dari Eropa maupun Asia bekerjasama melawan kaum muslimin. Hal ini mengakibatkan
kaum muslimin mengalami kekalahan dan kaum Kristiani pun merayakan kemenangan
mereka dengan peniupan terompet oleh panglima besar Kristen.
Pelarangan meniup terompet pada masa Nabi SAW adalah karena
terompet adalah alat yang dijadikan sebagai sarana untuk memanggil kaum Yahudi
dalam beribadah. Seiring berjalannya waktu, budaya membunyikan terompet tidak
hanya dilakukan untuk memanggil kaum Yahudi dalam beribadah saja namun juga
untuk bermain musik dan merayakan parayaan tahun baru Masehi.
Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam
sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut
tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh
diperingati oleh seorang muslim.
Perayaan tahun baru Masehi juga
identik dengan hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia. Perayaan tahun baru
Masehi di Indonesia pada khususnya dilakukan pada tengah malam pergantian hari
tanggal 31 Desember dan 1 Januari. Hal ini sia-sia karena Nabi SAW telah memerintahkan
kepada umatnya untuk senantiasa mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat
sebagaimana ciri kaum mukmin yang disebutkan dalam surat al-Mukminun: 3
berikut ini:
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ
مُعْرِضُونَ
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perkataan dan perbuatan) yang tiada berguna”
Ada baiknya kita sebagai orang muslim menyadari bahwa
pergantian tahun dijadikan sebagai ajang untuk introspeksi diri. Memprbaiki diri
untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dibanding tahun tahun sebelumnya dengan terus berdoa, berusaha dan meyerahkan
diri kepada Allah SWT tanpa harus melakukan hal yang tidak berguna dan sia-sia
seperti yang dilakukan diatas.