Jumat, 24 Januari 2014

Perayaan Tahun Baru Masehi





“HAPPY NEW YEAR” atau “Selamat Tahun Baru” salah satu kalimat yang sering diucapkan atau kita dengar saat perayaan tahun baru masehi yang jatuh pada tanggal 31 Januari tepat pukul 00.00 WIB memasuki tanggal 1 Januari .

Perayaan tahun baru masehi biasanya dilengkapi dengan kehadiran suara terompet, percikan api dari kembang api dan suara petasan yang cahaya cantiknya menghiasi langit. Hampir semua orang tentu suka cita dalam menyambut pergantian tahun baru ini tanpa memikirkan berapa banyak biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli terompet, kembang api bahkan petasan yang harganya tentu tidak murah. Ada juga yang merayakan tahun baru masehi dengan mengadakan acara bakar bakaran, atau sekedar berkumpul bersama keluarga atau kerabat. Tentu secara tidak sadar kita telah melakukan prilaku foya-foya dan pemborosan. 

Cobalah saja kita berpikir, kita sebagai umat muslim, ketika datang tahun baru hijriah apakah kita merayakan pergantian tahun baru islam semeriah itu? Sesenang itu? Sesuka cita itu? Tentu perbandingan yang sangat jauh antara orang yang suka cita menyambut tahun baru masehi dengan orang yang suka cita menyambut tahun baru hijriah.

Apakah kalian tahu asal muasal perayaan tahun baru masehi itu apa? Tahun Masehi sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Kristen. Masehi adalah nama lain dari Isa Al Masih. Menurut catatan Encarta Reference Library Premium 2005, orang yang pertama membuat penanggalan kalender Masehi adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Dalam mendesain kalender masehi ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskkitariyah, yang menyarankan agar penanggalan kalender itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Perayaan Tahun Baru masehi dimulai sejak tahun 45 SM.

Dalam perkembangannya, ada seorang pendeta Kristen bernama Dionisius yang kemudian memanfaatkan penemuan kalender Julius Caesar untuk diadobsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus. Itulah sebabnya penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini yang berarti in the year of our lord) alias Masehi.

Seiring muncul dan berkembangnya agama Kristen, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai suatu perayaan “suci” satu paket dengan hari Natal. Itulah mengapa ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu “Merry Christmas and Happy New Year”.

Di beberapa Negara negara besar perayaan tahun baru masehi dilakukan dengan tradisi ritual keagamaan dan keyakinan yang berbeda beda, tentunya bertentangan dengan agama islam. Diantaranya :
  •       Brazil
Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai penghormatan terhadap sang dewa Lemanja yaitu Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.
  •        Yunani
Buah delima yang menurut orang yunani melambangkan kesuburan dan kesuksesan ditebarkan di pintu rumah, kantor dan took took sebagai simbol doa untuk mendapatkan kemakmuran sepanjang tahun.
  •        Jerman
Menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.
  •        Italia
Disalah satu kotanya, tepatnya Naples, pada pukul 00 tepat pada malam pergantian tahun, masyarakat disana akan membuang barang barang yang sudah usang dan tidak terpakai di jalanan.
  •        Spanyol
Masyarakat spanyol tepat pada malam pergantian tahun akan memakan anggur sebanyak 12 biji, jumlah yang hanya 12 melambangkan harapan selama 12 bulan kedepan.
  •        Jepang
Di jepang, masyarakat disana merayakan tahun barunya dengan memakan 3 jenis makanan sebagai simbol yaitu telur ikan melambangkan kemakmuran, ikan sarden asap melambangkan kesuburan tanah dan manisan dari tumbuhan laut yang melambangkan perayaan.
  •        Korea
Pada malam pergantian tahun masyarakat disana menikmati kaldu daging sapi yang dicampur dengan potongan telur dadar dan kerupuk nasi atau yang biasa disebut thuck gook.
  •        Amerika
    Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba football Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang meneriakkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.

Tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Namun kenyataannya pada saat ini setiap tangal 1 januari tahun baru masehi sudah lama menjadi tradisi seluruh masyarakat termasuk masyarakat Indonesia bahkan menjadikannya sebagai hari libur nasional untuk seluruh warga dunia.

Budaya meniup terompet sendiri menurut perspektif islam adalah kebudayaan Yahudi sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Daud berikut ini : 

عَنْ أَبِى عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عُمُومَةٍ لَهُ مِنَ الأَنْصَارِ قَالَ اهْتَمَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لِلصَّلاَةِ كَيْفَ يَجْمَعُ النَّاسَ لَهَا
 فَقِيلَ لَهُ انْصِبْ رَايَةً عِنْدَ حُضُورِ الصَّلاَةِ فَإِذَا رَأَوْهَا آذَنَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ
قَالَ فَذُكِرَ لَهُ الْقُنْعُ – يَعْنِى الشَّبُّورَ – وَقَالَ زِيَادٌ شَبُّورَ الْيَهُودِ فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ وَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ الْيَهُودِ ».
قَالَ فَذُكِرَ لَهُ النَّاقُوسُ فَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ النَّصَارَى ».
فَانْصَرَفَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ وَهُوَ مُهْتَمٌّ لِهَمِّ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأُرِىَ الأَذَانَ فِى مَنَامِهِ – قَالَ – فَغَدَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى لَبَيْنَ نَائِمٍ وَيَقْظَانَ إِذْ أَتَانِى آتٍ فَأَرَانِى الأَذَانَ. قَالَ وَكَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ – رضى الله عنه – قَدْ رَآهُ قَبْلَ ذَلِكَ فَكَتَمَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا – قَالَ – ثُمَّ أَخْبَرَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ لَهُ « مَا مَنَعَكَ أَنْ تُخْبِرَنِى ». فَقَالَ سَبَقَنِى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ فَاسْتَحْيَيْتُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا بِلاَلُ قُمْ فَانْظُرْ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ فَافْعَلْهُ ». قَالَ فَأَذَّنَ بِلاَلٌ. قَالَ أَبُو بِشْرٍ فَأَخْبَرَنِى أَبُو عُمَيْرٍ أَنَّ الأَنْصَارَ تَزْعُمُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ زَيْدٍ لَوْلاَ أَنَّهُ كَانَ يَوْمَئِذٍ مَرِيضًا لَجَعَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مُؤَذِّنًا.

Budaya meniup terompet bermula saat perang Salib. Ketika itu telah terjadi peperangan besar, para Kristiani dari berbagai daerah kerajaan dari Eropa maupun Asia bekerjasama melawan kaum muslimin. Hal ini mengakibatkan kaum muslimin mengalami kekalahan dan kaum Kristiani pun merayakan kemenangan mereka dengan peniupan terompet oleh panglima besar Kristen.

Pelarangan meniup terompet pada masa Nabi SAW adalah karena terompet adalah alat yang dijadikan sebagai sarana untuk memanggil kaum Yahudi dalam beribadah. Seiring berjalannya waktu, budaya membunyikan terompet tidak hanya dilakukan untuk memanggil kaum Yahudi dalam beribadah saja namun juga untuk bermain musik dan  merayakan parayaan tahun baru Masehi.

Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.

Perayaan tahun baru Masehi juga identik dengan hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia. Perayaan tahun baru Masehi di Indonesia pada khususnya dilakukan pada tengah malam pergantian hari tanggal 31 Desember dan 1 Januari. Hal ini sia-sia karena Nabi SAW telah memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat sebagaimana ciri kaum mukmin yang disebutkan dalam surat al-Mukminun: 3 berikut ini:

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

Artinya:
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perkataan dan perbuatan) yang tiada berguna”

Ada baiknya kita sebagai orang muslim menyadari bahwa pergantian tahun dijadikan sebagai ajang untuk introspeksi diri. Memprbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dibanding tahun tahun sebelumnya  dengan terus berdoa, berusaha dan meyerahkan diri kepada Allah SWT tanpa harus melakukan hal yang tidak berguna dan sia-sia seperti yang dilakukan diatas.