Falsafah Ilmu Pengetahuan & Penelitian dan Ilmu Pengetahuan
Falsafah
Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat
merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa arab yaitu فلسفة.
Bentuk terakhir kata filsafat diambil dari bahasa yunani yaitu Φιλοσοφία
(philosophia), yang menurut harfiahnya berarti "pencinta
kebijaksanaan" atau "ilmu". Filsafah menurut beberapa ahli dapat
diartikan sebagai berikut:
a. Harun Nasution mengartikan
filsafat sebagai berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak
terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai
ke dasar-dasar persoalan
b. Plato ( 427-347 SM) mengartikan filsafat
sebagai pengetahuan tentang segala yang ada
c. Aristoteles (384-322 SM) mengartikan filsafat
sebagai sebab dan asas segala benda.
d. Marcus Tullius Cicero
(106 – 43 SM) mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang
maha agung dan usaha untuk mencapainya.
e. Al Farabi (wafat
950 M) mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud
dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
f. Immanuel Kant (1724
-1804), mengartikan
filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: "apakah yang
dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika);
"apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika); "sampai di
manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi).
g. Prof. Dr. Fuad Hasan, mengartikan
filsafat sebagai suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang
hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat
berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
h. Drs H. Hasbullah Bakry mengartikan
filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa filsafat adalah studi atau ilmu pengetahuan yang “istimewa” yang membahas
seluruh fenomena secara menyeluruh, dan menjawab masalah-masalah yang tidak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah tersebut berada diluar
jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Seseorang yang mendalami
bidang falsafah disebut “filsuf”. Adapun manfaat filsafat dalam kehidupan sehari-hari
antara lain adalah:
a.
Filsafat digunakan untuk pedoman untuk
bertindak dan pengambilan keputusan.
b.
Filsafat digunakan untuk mengurangi salah
paham dalam konflik.
c.
Filsafat digunakan untuk bersiaga dalam
menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
Ilmu pengetahuan memiliki
beberapa pengertian menurut beberapa ahli. Pengertian ilmu pengetahuan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mulyadi Kartanegara mengartikan
ilmu pengetahuan sebagai keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam
arti pengetahuan (knowledge) yang kontras terhadap intuisi dan kepercayaan.
b. Van Puersen mengartikan ilmu
pengetahuan sebagai pengetahuan yang terorganisasi, yaitu dengan sistem dan
metode berusaha mencari hubungan hubungan tetap di antara gejala gejala.
c. Achmad Baiquni mengartikan
ilmu pengetahuan sebagai himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui
proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasion, artinya dapat dinalar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan
rasionalitas kolektif insani.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengetahuan yang
berusaha untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman yang dimiliki
manusia dari berbagai aspek yang berada dalam alam manusia, dimana aspek
tersebut diberi batasan agar dihasilkan rumusan yang pasti. Ilmu merangkum
sejumlah pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah disepakati dan secara
sistematik dapat diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu.
2. Hubungan
Antara Filsafat dan Ilmu PengetahuanHubungan
antara filsafat dan ilmu pengetahuan dapat digambarkan sebagai berikut:
Filsafat merupakan ibu dari ilmu pengetahuan,begitu
juga sebaliknya, ilmu pengetahuan merupakan anak dari filsafat. Keduanya tidak
bisa dipisahkan dan saling melengkapi dalam hal bahasa yang digunakan, hanya
saja bahasa yang digunakan dalam filsafat mencoba untuk berbicara tentang ilmu
pengetahuan dan bukan apa yang ada dalam ilmu pengetahuan menurut Louis Kattsoff. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan
dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Harold H. Titus menerangkan, ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan
sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam
pembinaan suatu filsafat.
Dalam usahanya, filsafat mencari jawaban atas pertanyaan
pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat harus mengetahui
anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut.
Sudut pandang
filsafat menyatakan ilmu sendiri terbentuk karena manusia berusaha berpikir
lebih jauh dan lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki oleh dirinya.
Antara filsafat dan ilmu pengetahuan sama sama bertujuan untuk mencari rumusan
yang terbaik untuk menyelidiki objek selengkap-lengkapnya. Antara filsafat dan
ilmu pengetahuan juga sama sama ingin menunjukkan sebab-sebab dari kejadian
yang dialami oleh manusia. Terakhir, antara filsafat dan ilmu pengetahuan
sama-sama memberikan sintesis (sudut pandang yang bergandengan) dan memiliki
metode serta sistem yang menjelaskan tentang kenyataan akan pengetahuan yang
mendasar.
3. Manusia
dan Ilmu Pengetahuan
Manusia memiliki
kemampuan menggunakan akal pikirannya untuk berpikir. Melalui berpikir, manusia
dapat memperoleh pengetahuan kemudian pengetahuan tersebut dapat menjadi
pedoman untuk kegiatan berpikir yang mendalam. Manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan cara:
a. Menginformasikannya melalui bahasa.
Melalui bahasa, ilmu yang ada dalam pikiran dapat diinformasikan dan dapat
divisualisasikan.
b. Manusia
memiliki akal dan pikiran yang dibangun oleh nalar atau kerangka berfikirnya.
Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang selalu diciptakan manusia demi
mensejahterakan dan mempermudah proses hidupnya, seperti filsafat, sains,
teknologi, sastra serta ilmu pengetahuan lainnya.
Manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman yang didapatkan (empiris) dan juga
logika yang mereka miliki (rasional) dari pengalaman manusia secara
terus-menerus dengan cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu
pengetahuan.
Ilmu
pengetahuan memiliki posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam kesejahteraan
manusia karena dengan ilmu pengetahuan, manusia selain dapat mensejahterakan
hidupnya juga mencari nilai – nilai hakiki serta memaknai arti sebuah kehidupan
dalam hidupnya. Kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar itu dimungkinkan
pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan
dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk menambah dan mengumpulkan
llmu pengetahuannya.
4. Kelahiran
Ilmu Pengetahuan Modern
Zaman ke zaman
ilmu pengetahuan terus mengalami perkembangan, mulai dari zaman puerba dimana
manusia memiliki kemampuan untuk membeda-bedakan, memilih dan melakukan percobaan tanpa
disengaja, yang berlandaskan pada proses “ trial and error “. Pada zaman
tersebut manusia juga sudahmemiliki kemampuan untuk melakukan abstraksiberdasarkan
kesamaan atau keteraturan, kemampuan menulis dan berhitung, dan menyusun
kalender, yang semuanya berdasarkan proses sintesis terhadap hasil abstraksi
yang dilakukan, kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alamiah berbagai
jenis siklus, yang semuanya berdasarkan proses abstraksi dan lain sebagainya.
Setelah masuk ke zaman yunani.
Pada zaman ini, Thales
624-548 SM dianggap sebagai orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam
dan isi dari alam ini. Dia tidak dapat menerima begitu saja adanya kenyataan
bahwa di bumi ada air, api, udara, awan, kayu, batu, dan lain-lainnya. Disamping
Thales, terdapat banyak tokoh filsafat yang sangat penting dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya adalah phytagoras, Aristoteles dan
Archimides.
Archimides (287-212 SM). Archimides mempelajari matematika,
fisika, dan mekanika serta menerapakan sebagian penemunya pada usaha pembuatan
alat-alat. Perhitungan dan penemuan hukum Archimides dimulai dengan pengalaman,
dan kemudian diidealisasikan dalam alam pemikiran (analisis teoretis), akhirnya
dibuktikan dengan percobaan. Dengan demikian, sebenarnya Archimides sudah
menemukan landasan ilmu
pengetahuan mdern.
Masuk ke zaman modern
Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 14 M. Tetapi, indikator
yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal
ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah.
(Surajiyo:2007:87). Menurut Slamet Iman Sontoso, ada tiga sumber pokok yang
menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu
hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis,
terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan
Turki pada tahun 1453. (Tim Dosen Filsafat Ilmu :2001:79)
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini
sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Renaissance sering
diartikan denagn kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di
lahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari
ajaran-ajaran agama. Jadi, zaman Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance.
Sebenarnya secara esensial zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak
berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada
filsafat modern. Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya
aneka aliran-aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan Empirisme
dan Kriticisme. Selain ketiga aliran itu, juga akan diketengahkan
aliran-aliran besar lainnya yang ikut berperan mengisi lembaran filsafat
modern, yaitu idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi,
eksistensialisme dan pragmatisme.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,
tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan
ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin,
maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan
kedua pendapat berbeda itu.
Perbedaan karakteristik perkembangan ilmu pengetahuan di
setiap periode atau zaman dikarenakan adanya pola pikir manusia yang mengalami
perubahan dari mitos-mitos menjadi lebih rasionil. Manusia menjadi lebih
proaktif dan kreatif menjadikan alam sebagai objek penelitian dan pengkajian.
Penelitian
dan Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian
Penelitian Ilmiah
Penelitian
ilmiah merupakan penelitian yang menggunakan kaidah atau metode ilmiah, seperti
menggunakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang
sistematis dan pembuktiannya secara ilmiah. Penelitian ilmiah juga dapat
diartikan sebagai rangkaian yang saling berkesinambungan, berakumulasi dan
melahirkan teori-teori yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena
kehidupan. Salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam dapat
menggunakan penelitian ilmiah. Ilmu dapat berkembang karena adanya penelitian
ilmiah, karena hipotesis yang dihasilkan dari penelitian ilmiah seringkali
mengalami retroduksi.
2. Hubungan
Penelitian dengan Ilmu Pengetahuan
Penelitian adalah suatu proses penyelidikan atau pencarian
sesuatu (fakta dan prinsip-prinsip) yang dilakukan secara sistematis,
hati-hati, kritis (critical thinking) dan harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh dengan harapan dapat ditemukan pemecahan masalah yang tepat
terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
Ilmu pengetahuan adalah
kumpulan dari pengetahuan yang berusaha untuk menyelidiki, mnemukan dan
meningkatkan pemahaman yang dimiliki manusia dari berbagai aspek yang berada
dalam alam manusia, dimana aspek tersebut diberi batasan agar dihasilkan
rumusan yang pasti.
Hubungan antara penelitian
dengan ilmu pengetahuan dapat digambarkan dengan awal mulanya timbul pernyataan
tentang “ini apa?”; “itu apa?”; “mengapa begini?”;
“mengapa begitu?” dan selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan “bagaimana hal
itu terjadi?” serta “bagaimana memecahkannya?”. Dengan adanya pertanyaan
tersebut, membuat manusia menjadi terdorong untuk mendapatkan pengetahuan
mengenai permasalahn yang tidak diketahui, sehingga pada akhirnya muncul
pengetahuan-pengetahuan baru yang dikenal sebagai ilmu pengetahuan
(knowledgement) yang sistematis dan terorganisir. Dengan menggunakan akal dan
pikiran yang reflektif, manusia merasa mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dengan melakukan penelitian. Pendekatan yang digunakan dapat bersifat ilmiah
dan non-ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat berupa penelitian-penelitian sedangkan
pendekatan non-ilmiah dapat berupa akal sehat,
Antara penelitian dengan ilmu pengetahuan ibarat dua sisi
mata uang yang sama yang tidak dapat dipisahkan. Almack (1930) mengatakan bahwa
penelitian dan ilmu merupakan hasil dan proses. Penelitian merupakan proses
sedangkan hasilnya adalah ilmu. Whitney (1960) menegaskan bahwa ilmu dan penelitian
merupakan proses yang berlangsung secara bersama-sama. Artinya ilmu dan
penelitian adalah proses yang sama sedangkan hasil dari proses tersebut adalah
kebenaran (truth). Kebenaran yang dimaksudkan adalah pengetahuan yang benar
yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang berkeinginan untuk
mengujinya.
Dalam melakukan penelitian, dibutuhkan ilmu pengetahuan dan
tidak akan muncul pengetahuan baru bila tidak ada sebuah penelitian. Berdasarkan
ilmu pengetahuan permasalahan dalam penelitian akan muncul, dan hasil pemecahan
masalah dari penelitian tersebut juga dapat permasalahan baru yang harus
dipecahkan melalui sebuah penelitian, dengan ilmu pengetahuan pula dijadikan
sebagai sebuah ilmu pengetahuan baru. Jadi, jika dijumpai masalah dalam
melakukan sebuah penelitian, permasalahan tersebut dapat diatasi oleh sebuah
ilmu pengetahuan dan dihasilkannya ilmu pengetahuan baru.
3. Langkah-Langkah
Penelitian Ilmiah
Dalam melakukan
penelitian ilmiah, terdapat serangkaian langkah yang harus dilakukan selama
melakukan penelitian ilmiah, langkah tersebut antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan
masalah
Identifikasi
masalah diperlukan sebelum melakukan penelitian ilmiah. Identifikasi masalah
diperlukan agar rumusan masalah menjadi lebih terperinci. Identifikasi masalah
dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara rumusan maslah dituliskan
dalam bentuk kalimat tanya pada umumnya.
b. Melakukan studi pendahuluan
Studi
pendahuluan sangat diperlukan dalam
penelitian ilmiah. Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan cara menelusuri dan
memahami kajian pustaka sebagai bahan untuk menyusun landasan teori yang
digunakan untuk menyusun hipotesis. Studi pendahuluan juga dapat dilakukan
melalui pengkajian kepustakaan.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis dapat disebut sebagai
anggapan dasar yang kebenerannya mutlak sehingga seseorang yang membaca
hipotesis tersebut tidak meragukan kebenarannya. Hipotesis membuat suatu
penelitian ilmiah yang dilakukan seorang peneliti akan lebih fokus terhadap hal
yang sedang dipermasalahkan. Seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan
dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya melalui rumusan hipotesis,
karena data yang diambil melalui instrumen penelitian hanya data-data yang berkaitan
langsung dengan hipotesis, dan data-data ini sajalah yang nantinya akan
dianalisis.
d. Mengidentifikasi
variabel dan definisi operasional variabel
Variabel dalam penelitian ilmiah
adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi sebagai akibat adanya
fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu diperlukan agar masalah yang
diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi jelas dan terukur. Tahap
selanjutnya, peneliti perlu membuat definisi operasional variabel itu sesuai
dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional variabel adalah
definisi khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti.
e.
Menentukan rancangan
dan desain penelitian
Rancangan penelitian sering pula
disebut sebagai desain penelitian. Rancangan penelitian merupakan prosedur atau
langkah-langkah aplikatif penelitian yang berguna sebagai pedoman dalam
melaksanakan penelitian ilmiah. Rancangan penelitian harus ditetapkan secara
terbuka sehingga orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan untuk
membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan peneliti.
f. Menentukan
dan mengembangkan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya.
Setiap bentuk dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan
instrumen penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah
satu kriteria pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen
penelitian adalah kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang ingin
dipecahkan. Tidak semua alat atau instrumen pengumpul data cocok digunakan
untuk penelitian-penelitian tertentu.
g. Menentukan subjek
penelitian
Orang yang terlibat dalam
penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber data disebut subjek penelitian.
Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan sampel penelitian.
Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel penelitian dalam
sebuah populasi penelitian, maka peneliti harus berhati-hati dalam
menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian yang menggunakan sampel sebagai
subjek penelitian akan menyimpulkan hasil penelitian yang berlaku umum terhadap
seluruh populasi, walaupun data yang diambil hanya merupakan sampel yang jumlah
jauh lebih kecil dari populasi penelitian. Pengambilan sampel penelitian yang
salah akan mengarahkan peneliti kepada kesimpulan yang salah pula.Sampel yang
dipilih harus merepsentasikan populasi penelitian.
h. Melaksanakan
penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah
proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau rancangan penelitian yang
telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat dan
hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan
kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian yang
dilakukan. Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan
penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting
dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan masalah yang telah
dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen penelitian
yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap
subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data langsung
dan data tidak langsung. Data langsung adalah data yang diperoleh secara
langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian), sementara data
tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan secara
langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu
misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.
i. Melakukan analisis
data
Beragam data yang terkumpul saat
peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun
sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila
penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan
bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang
diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data
kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis
data.
j. Merumuskan hasil
penelitian dan pembahasan
Pada hakekatnya merumuskan hasil
penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan menjawab pertanyaan atau
rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data yang telah
dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan
interpretasi dan diskusi hasil penelitian. Hasil penelitian dan pemabahasannya
merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan
pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima
atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian
mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa
demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi
sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
k. Menyusun laporan
penelitian dan melakukan desiminasi.
Seorang peneliti yang telah
melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil penelitiannya.
Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan langkah terakhir
dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah seringkali telah
dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana peneliti itu
melakukannya. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau
menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil
penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat
dipergunakan bila diperlukan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://pou-pout.blogspot.co.id/2012/03/makalah-ilmu-pengetahuan-dan-penelitian.html